UPDATED: INFO TAMBAHAN
Bagi para peserta study tour harap berkumpul sebelum jam 05:30 karena di jam segitu sudah ada pelepasan dengan kepala sekolah. Menggunakan baju bebas dan sopan.

Temen-temen, dibawah ada jadwal fixed buat kegiatan study tour Jogja - Bali. Buat memudahkan kita dalam persiapan baju/uang saku yang akan dibawa. Mohon di share ke yang lain supaya satu angkatan yang ikut bisa lihat. Trims :

Hari	Waktu	Keterangan
Day 1 27 Desember 2012	05.00 – 05.30	Persiapan peserta dan memasukan barang ke bagasi
	05.30 – 06.00	Briefing pemberangkatan dari pihak panitia
	06.00 – 12.00	Berangkat menuju Bali melalui jalur selatan
	12.00 – 13.00	Makan siang di daerah Tasikmalaya
	13.00 – 19.00	Melanjutkan perjalanan ke Jogja
	19.00 – 20.00	Makan malam didaerah Gombong dan melanjutkan perjalananke checkpoint di Jogja
	20.00 – 23.00	Check in di hotel Jogjakarta
	23.00	Istirahat
Day 2 28 Desember2012	06.30 – 07.30	Sarapan pagi
	07.30 – 09.00	Kegiatan bebas di dalam hotel
	09.00 – 09.30	Check out hotel dan persiapan menuju Malioboro
	10.00 – 12.00	Wisata belanja di Malioboro
	12.00 – 13.00	Makan siang di lokal resto
	13.00 – 19.00	Melanjutkan perjalanan menuju Bali
	19.00 – 20.00	Makan malam di Nganjuk
Day 3 29 Desember 2012	20.00 – 07.00	Lanjut perjalanan ke Bali dan tiba di pelabuhan Ketapang
	07.00 – 08.00	Persiapan menyebrang ke pulau Dewata
	10.00 – 12.00	Tiba di pulau Bali dan menuju penginapan
	12.00 – 13.00	Makan siang di local resto
	13.00 – 15.00	Menuju hotel dan check in
	15.00 – 16.00	Istirahat dan persiapan menuju Jimbaran
	16.00 – 18.30	Free time dan menunggu sunset di Jimbaran
	18.30 – 20.00	Makan malan di Jimbaran
	20.00	Kembali ke hotel dan istirahat
Day 4 30 Desember2012	06.30 – 07.30	Sarapan pagi
	07.30 – 08.30	Persiapan kegiatan tour
	08.30 – 19.00	Kegiatan tour (watersport Tanjung Benoa, Pantai Dreamland, Garuda WisnuKencana)
	19.00 – 20.30	Makan malam
	20.30	Kembali ke hotel dan istirahat

Day5	06.30 – 07.30	Sarapan pagi
	07.30 – 08.30	Persiapan wisata belanja
31 Desember 2012	08.30 – 16.00	Wisata belanja (pusat ikat tenun Bali Galuh Gallery, pusat oleh-oleh makanankhas Bali, Pasar seni Sukawati) Makan siang
	16.00 – 17.00	Kembali ke hotel
	17.00 – 19.30	Istirahat, makan malam, persiapan ke tepat MK
	19.30	Berangkat ke tempat MK
	21.00 – 02.00	MK
Day 6 1 Januari 2013	02.00	Kembali ke hotel dan istirahat
	06.00 – 07.30	Sarapan pagi dan check out
	07.30 – 09.00	Berangkat menuju Tanah Lot – Bedugul
	09.00 – 13.00	Wisata di Tanah Lot – Bedugul dan makan siang
	13.00 – 16.30	Perjalanan menuju pelabuhan Gilimanuk
	16.30 – 18.00	Penyebrangan ke pulau Jawa
	18.00 – 19.30	Melanjutkan perjalanan dan makan malam di local resto
	19.30	Perjalanan ke Jakarta
Day 7 2 Januari 2013	07.00 – 08.00	Sarapan pagi
	08.00 – 12.00	Melanjutkan perjalanan ke Jakarta
	12.00 – 13.00	Makan siang di daerah Gombong
	13.00 – 18.00	Melanjutkan perjalanan menuju Jakarta
	18.00 – 19.00	Makan malam di daerah Tasikmalaya
	19.00 – 23.00	Menuju Jakarta
	23.00	Tiba di SMAN 34 Jakarta

Ada satu lagu yang belakangan ini sering diputer di radio-radio lokal. Dan ajaibnya, gue suka. Yak, lagu itu sendiri berjudul Dark Side dan dinyanyiin sama Kelly Clarkson.

Alasan kenapa gue bisa suka, sebenernya rada absurd sih.

Pertama, karena intronya melodis melodis mistis gimana gitu. Terus sisanya, ya karena lagu ini membuat gue berpikir tentang banyak hal. Gue adalah orang yang suka mendalami meaning beberapa lagu yang enak di kuping. Emang sih, musik itu enaknya dinikmatin aja. Tapi kalo buat gue, ada kenikmatan tersendiri ketika kita tau what the song truly means.

Nah, menurut hasil semedi gue yang kurang kerjaan itu, lagu ini menceritakan kalau manusia itu terlahir bukan tanpa cacat. Tapi justru, hanya orang besarlah yang bisa menerima segala kekurangan kita tanpa syarat. Dan bukan gak mungkin, banyak orang yang bakal kabur ketika tahu 'sisi gelap' dari diri kita... yang diri kita sendiri aja belom tentu bisa terima.

Banyak orang suka mengeluh tentang hidupnya, dan berharap bisa menjadi orang lain pada saat itu juga. Buat gue, itu wishes yang tolol banget. Kenapa? Karena walaupun lo sudah berhasil menjadi orang yang lo mau, gak menutup kemungkinan saat itu juga lo mau menjadi orang lain lagi. Begitu terus, begitu terus. Sampai akhirnya lo sadar, kepuasan itu hanya milik Tuhan. Tugas manusia itu hanya berharap dan berusaha.

Jadi singkatnya, temukanlah orang yang bisa lo ajak berbagi. Berbagi sisi terang, gelap, netral, semuanya. Dan tetaplah berada di jalur yang benar. I mean, keep your sanity, okay?

By the way... Gue udah mulai menargetkan mau kemana abis ini. Dan pilihan gue jatuh pada... OSAKA UNIVERSITY!~ All the hail. Doakan semoga semuanya lancar dan setaun setengah lagi bisa berangkat!

For me, "I'm not mad, I'm just disappointed" is another way saying: "I'm not horny, but could you please take yo shirt off?"

I'm sorry for being too open for this whole time. But it's a nice Saturday morning, and I need to go to some place in the next 2 hours, so who the fuck cares?

Lately, I've been doing some unproductive stuff you don't want to find about. I mean, yeah, it's a goddamn long weekend for sure, but I don't feel like I have a proper plan to enjoy this. Next week, we're gonna have a massive examinations and I feel like cursed everywhere in my body.

If only I have powers to pass through the entire week full of torture.

I have a platonic love among superheroes, remember?

Or should I call them to visit me, like, right now?

OK Mom's calling. She's angry. C U LATER.

Perfect Situation
Originally performed by: Weezer

Pengen aja ngepost lirik lagu ini karena pas banget nih sama atmosfir ini malem. "Hungry night, once again."
Besok hari Senin, kembali ke rutinitas biasa... Ya pokoknya gitu-gitu aja, gak ada yang spesial. Paling sempat excited juga karena Weezer bakal konser di Indonesia awal tahun dan saya punya kesempatan buat nonton mereka live... Tiket udah ditangan, semangat udah numpuk, tinggal euforianya aja. Mudah-mudahan awet terus sampai konsernya mulai.

Mungkin enak kali ya kalo saat-saat pasif kayak gini punya orang yang bisa nyemangatin? Atau minimal, pasif bareng gitu... Biar gak gigit jari sendirian... Garing banget belakangan ini. Nothing special so far. Gilak, jadi rada sirik sama cewek-cewek yang semangat hidupnya lagi diatas puncak. Tapi gak papa, karena lagu ini mewakili saya  to the moon and back deh. Xoxo

As they search the night for someone to hold onto.

I just pass through...

Juni - Lescott.Co

Aimee melangkahkan kakinya dengan napas memburu menuju bangsal penelitiannya. Baru saja ia mendapat pesan yang cukup menggemparkan dari departemen mekanisme perusahaan, mengabarkan bahwa project yang tengah ditanganinya selama tujuh tahun belakangan mendapat masalah.

"Seberapa parah?"

"Sebentar," sahut Alfred. "Saya check dulu, OK? Kamu jangan rusuh begitu."

Aimee terdiam, masih dengan kepanikannya yang sama, meninggalkan Alfred dan mengecek divisi-divisi lain yang terlibat dalam project mandiri-nya tersebut. Shit, rutuknya halus. Kenapa masalah harus datang ketika project yang setengah mati dibentuknya hampir rampung? Ia mencoba mengingat-ngingat siapa yang kira-kira tega berbuat 'jahil' kepadanya, namun sulit. Otaknya terlalu lelah untuk itu. Sementara itu crew-nya setengah mati mencari berbagai cara supaya mereka semua dapat keluar dari masalah ini.

"Finally, baby." Alfred berkata seraya memencet satu tuts terakhir di keyboard-nya. Aimee dan lima orang lainnya yang berada di dalam ruangan itu menghela napas. Super lega.

"...Huh. That was close. Sorry for acting strange, kerusakan terakhir cukup membuatku trauma." kata Aimee kepada para crew yang sedang bekerja. "Ya sudah. Bisa dilanjutkan kembali pekerjaannya."

Aimee turun dari podium kecil tempat ia biasa memberikan pengarahan, briefing, maupun pemberitahuan, sambil membasuh peluhnya.

"Here. Take it." Alfred memberikan selembar tisu dan sekaleng soft drink kepada Aimee sambil mengajaknya menuju pantry mini untuk makan siang. Masih terlihat jelas sisa-sisa kepanikan dalam raut wajah Aimee, meskipun tidak sekental sebelumnya. Bagusnya, ia sudah bisa duduk dengan tenang sekarang.

"Mi, apa kau sadar... Kalau kondisi Elaine jauh dari kata stabil?"

"Alfred, aku sadar kalau ambisiku menjalankan simulasi-nya di akhir tahun ini cukup muluk. Tapi kau tidak perlu mengatakan hal-hal yang membuatku pesimis begitu."

"No, please, don't get me wrong. Saya hanya khawatir... Bukankah lebih baik kita sempurnakan dulu bagian dalamnya, upgrade lagi sistem operasinya, lalu kemudian..."

"Alfred," Aimee mendekatkan wajahnya. "Kau dan yang lainnya tentu tahu, kalau ini adalah project yang sangat penting buatku. Aku sudah menunggu selama tujuh tahun lamanya, bayangkan! Aku sudah mengesampingkan semuanya dan berusaha sekuat tenaga untuk bekerja dan bersabar demi ini semua. Demi Elaine. You can't stop me now! Semuanya sudah matang dan sesuai rencana. Yang perlu saya lakukan tinggal..." Aimee memandang Alfred dengan tatapan mengerling. "...Memencet satu tombol, and boom."

Alfred hanya dapat berkata-kata dalam pikirannya yang sunyi. Ia tahu, wanita di depannya ini adalah seorang pribadi yang ambisius. Ia juga tahu betul, apapun yang akan ia katakan, hanya akan terdengar seperti desiran angin belaka ditelinga wanita ini. Maka dari itu, ia memilih diam.

"Sekali lagi, Alfred." Aimee bangkit dari kursinya dan bersiap-siap meninggalkan Alfred. "Yang saya butuhkan bukan "the perfect Elaine". Saya hanya butuh "Elaine", here and now, tanpa embel-embel apapun. Dan saya rasa, semua itu lebih dari cukup."


Oktober - Jakarta

Jakarta. Basah. Hujan turun secara perdana, setelah sebelumnya membuat banyak pihak kesulitan akan kedatangannya yang lebih terlambat dari biasanya.

"Pasti basah abis deh tuh lapangan. Tetep tanding nih sama Dicky CS?" Seorang cowok berkacamata, berbadan tegap dan atletis, bertanya ke saudara kembarnya; yang penampilannya sangat bertolak belakang dengannya.

"Ya jadi lah, homo. Ujan doang gak bakal ngehalangin niatan suci gue buat bales kekalahan sama si kunyuk belang itu. Liatin aja." Kevin berdesis.

"You moron," desis Kelvin. "Gue cuma gak mau ya kalo sepulangnya kita tanding terus kalah lagi, elo ngebentak-bentak anak orang kayak tempo hari. Malu-maluin."

"Punya emosi itu wajar, Vin. Karena gua laki." sahut Kevin sambil mengikat tali sepatunya. "Yang gua sangsiin itu elu. Gua curiga, jangan-jangan kembaran gua yang sebenernya itu cewek, cuma terperangkap dalam tubuh elu yang hina itu."

"Gila! Gue cowok tulen, nih. Mau bukti?"

"Sori, lagi gak pengen muntah." Kevin memamerkan senyum dinginnya. Senyum yang mungkin dapat membuat cewek satu sekolahan bertekuk lutut kepadanya. "Yuk ah, cabut."

"Sebentar, sebentar."

"Ya elah, mau ngapain lagi sih?"

"Gue mau..." Kelvin menjawab dengan malu-malu. "Nyopot teru-teru bonzu."


Kelvin benci hujan. Dan Kevin sangat tahu itu. Tapi saat ini, baginya harga dirinya-lah yang terpenting. Terngiang jelas dalam kepalanya ejekan Dicky dan antek-anteknya tempo hari, saat mereka berhasil memenangkan pertandingan. Ia ingat jelas mimik wajah Dicky, yang menurutnya lebih pantas menjadi pantat penggorengan daripada wajah manusia, karena tampak dekil dan menyeramkan. Kevin dan Dicky, musuh bebuyutan dari jaman SD sampai SMA. Bermula ketika mereka duduk di kelas empat SD, ketika Dicky kepincut dengan Clara, teman sekelasnya yang notabene teman sekelas Kevin juga. Ada satu hal yang cukup menarik dalam diri Kevin. Meskipun sembrono dan terkesan sesukanya, tidak ada yang dapat menampik bahwa ia mempunyai pesona yang luar biasa di mata kaum hawa. Sifat-sifat jeleknyalah yang akhirnya menjadi daya tarik tersendiri. Namun, ia tidak pernah menunjukkan adanya tanda-tanda ketertarikan dengan salah satu diantara mereka. Cewek itu semua sama, kecuali dulu, dulu sekali... Ah, sudahlah. Geramnya.

Dan di tengah beceknya air yang menggenang, sepasang kembar identik itupun berjalan beriringan.

"Sudah disiapkan datanya?" Aimee melirik cemas ke arah monitor.

"Roger that. Ada di meja. Aku juga sudah bikin supply batre baru buat Elaine. Tinggal launch saja." Alfred memberi komando kepada segelintir anak buahnya, kemudian mereka mengangguk dan pergi.

"Kerja bagus. Kerja yang sangat bagus, Alfred."

Aimee kemudian membuka berkas file yang tergeletak diatas meja. Diambil dan dibacanya.

"Kevin Zachary Putra..." desisnya menahan rasa gembira yang luar biasa.

"Semua stay pada posisi, kita akan launch Elaine secara perdana pada hitungan ke 10." Aimee memberi aba-aba.

Alfred menghitung mundur.

"10... 9... 8... 7... 6..." 

"5... 4... 3..."

"2... 1..."

Lalu keluarlah sinar yang menyilaukan mata, dari tabung silindris kaca bangsal penelitian Lescott.Co. Dari dalamnya, keluar seorang remaja wanita, tanpa busana. Elaine.

"So this is the feeling when you're giving a birth to a baby..." Aimee tak dapat menahan air matanya.

"Yeah. Instead the fact that you're pregnant for like, seven years. Creepy stuff." tambah Alfred.

Dan disitulah mereka, ditemani tatapan penuh tanda tanya dari seorang Elaine.

Tapi ini belum seberapa, karena cerita yang sesungguhnya baru akan dimulai.

Tunggu part II nya ya.

Kira-kira seminggu yang lalu, saya dapat game RPG keren dari sebuah forum. Sebenarnya saya udah sempat mainin game ini dari sebulan yang lalu sih, hehe. Cuma waktu itu, saya cuma sempet nyobain demo version, dan sialnya lagi pas sudah mendekati ending, gamenya crash. Ya sudah, langsung saya download lagi full version-nya untuk mengisi waktu luang.

And, whoa... This is one of the most beautiful game I ever played. Nama game-nya: To The Moon.

Berkisah tentang seorang kakek yang sedang sekarat, namanya John. Sebelum meninggal, ia menyewa dokter-dokter dari Sigmund Corp. untuk memenuhi permintaan terakhirnya yang aneh: pergi ke bulan. Akhirnya diutuslah dua dokter untuk masuk ke dalam memorinya secara perlahan, stage by stage. Dan dari situ akhirnya mereka nemuin kalo si kakek ini pengen pergi ke bulan karena waktu masih kecil dia pernah bertemu River, seorang cewek yang lalu jadi istrinya. Dia pernah berjanji ke cewek ini, bahwa kalopun suatu saat nanti mereka berpisah, mereka akan reunite lagi di bulan. Dan River juga pernah bilang, dia sangat suka bintang dan akan menjadi teman mereka suatu saat nanti.
Akhirnya mereka menikah. River dan John sempat mengalami masa-masa sulit karena River sempat sakit keras, dan disaat yang sama mereka sedang membangun rumah di atas lembah; tempat favorit River. Dimana terdapat lighthouse yang dia namain "Anya". Kesulitan finansial itulah yang membuat John merasa lebih baik menggunakan uang mereka yang tersisa untuk pengobatan River daripada meneruskan pembangunan rumah itu. Akan tetapi, River menolak. Dan merasa lebih bahagia kalau rumah impian mereka itu selesai diatas kesembuhannya.
Tetapi memang sudah takdirnya River untuk pergi, ia pun meninggal dan jasadnya dikuburkan di depan Anya. Dan setelah itu, John memutuskan bahwa apapun yang terjadi, ia harus senantiasa pergi ke bulan. Agar bisa bersama dengan istrinya lagi.


Spoiler? Tidak juga. Terlalu banyak twist disini yang belum saya sebutkan. Yang diatas hanyalah motif yang mendasari kemauan aneh John saja. Tidak lebih dan kurang. Pokoknya, game ini truly wajib dimainkan buat semua RPG lovers, karena selain storyline-nya heartaching banget, soundtrack-nya juga pas gila. Dan jujur saja, saya nangis pas liat scene dimana River dihapus dari ingatan John... Ah, sudahlah. Nanti jadinya spoiler lagi :p

Nah di part itu, ada satu lagu yang sangat saya suka. Parah. Cekidot :

Pernah ngalamin gak, pengen nulis tapi gak tau apa yang bakal ditulis? Guepun begitu. Tapi berhubung blog adalah diary elektronik kesayangan gue, gue akan sebisa mungkin melaporkan aktivitas gue belakangan.

1. Disibukkan dengan sekolah
Kalo diitung-itung, ada kali seminggu tiga kali gue ulangan. Absurd parah, kan?
Belum lagi tugas yang menumpuk dan remedial yang mengharuskan gue belajar biar gak jeblok lagi.
Ingin rasanya gue punya sahabat seperti Doraemon, dan menyuruh ia mengatasi urusan sekolah gue dengan mengeluarkan robot pengelupas kulit sehingga gue bisa bertukar posisi dengan kembaran gue tersebut dan menikmati dunia delusional gue sendiri. (Udah taa...)

2. Disibukkan dengan upcoming project
Jadi, gue lagi ngegarap film pendek buat lomba lagi. Total ada dua buah. Yang satu durasinya lama, yang satu singkat abis. Gue lagi sibuk brainstorming, nge-direct, dan juga nulis script. So, kalo ada satu hal yang pengen gue minta sama Tuhan buat dikabulkan sekarang juga, please. Jadikan satu hari lebih dari 24 jam. Thx.


Udah, ya. Mau lanjut nulis script lagi.

Postingan lebaran.
Gue mengetik tulisan ini, ditemani dengan alunan Piledriver Waltz, segelas air mineral, dan riuh suara kembang api yang masih terdengar bahkan ketika volume headphone gue naikkan sampai level paling nyaring sekalipun.

Kalo boleh jujur, gue jengah ngeliat handphone gue sendiri.

Gue bosen ngeliat orang berlalu-lalang di recent updates.

Gue capek mencet tombol endchat buat setiap broadcast message yang masuk.

Intinya, gue bete. Bukan, bukan butuh tete. Gue beneran bete.

Okay, guys. Gue ngerti kalo semboyan "Mohon Maaf Lahir Dan Batin" harus banget disampein ke orang-orang terdekat. Gak ada yang salah sih dengan meminta maaf, hanya saja, menurut gue broadcast message itu terlalu usang. Apa susahnya coba copas satu kalimat panjang lalu kirimin ke various people dengan menyantumkan nama orang itu satu-satu? Menurut gue, cara tersebut jauh lebih agung daripada langsung mengirimkan ke semua kontak sekaligus. Gue yakin, orang yang ngeliat purple message juga bakal langsung nge-endchat tanpa ngeliat maaf basa-basi you you pada karena udah males duluan.

Buat gue pribadi, orang-orang yang menyantuni gue dengan permintaan maaf tanpa menggunakan fasilitas broadcast message adalah satu dari sekian banyaknya orang yang nanti bakal masuk surga. Karena itu menandakan kalau mereka adalah kaum-kaum terpilih yang ikhlas dalam hal minta maaf maupun memaafkan.

That's why, jikalau orang-orang tersebut meminta maaf ke gue, gue pasti akan memberikan hadiah unik dan spesial buat mereka. Gue bakal bales dengan koleksi-koleksi antik gue, simak :



Iya. Alhamdulillah selesai.

Gimana?

Masih mau jadi temen gue?

Pokoknya gitu aja. Gue tau abis ini siapapun yang baca bakal ngesave autotext bajingan ini. Gue tau banget. So, have fun deh ya. Go back to your shitty life.

By the way, gue punya salah gak ya? Daritadi belom minta maaf ke satu orang-pun. But fuck it, hehe.

Dari yang sedang bimbang ingin minta maaf kepada siapa,

Jadi kemarin malam, disaat gue sedang asik-asiknya ngalong, gue mendengar kabar yang cukup bikin keadaan kamar gue gempar semaleman.



Gue shock, mengingat keinginan sang kapten sesungguhnya adalah merumput di Juventus. Dan gue juga inget dengan jelas, kalau dia bilang mau main di team Serie A supaya peluang untuk melawan klub pendahulunya itu kecil.Bahkan untuk kepindahan Song ke Barcelona, gue malah cenderung mendukung.Jelas dong, kalo dia main di City ataupun MU, pasti akan ada masa dimana mereka saling berhadapan dan melawan satu sama lain. Peristiwa kayak gitu, bisa gue definisikan sebagai ironi.

Disini, gue gak mau mencoba berada di pihak orang yang egois, sama sekali enggak. Gue hanya menyayangkan, kenapa harus United? Doesn't mean that I hate MU, bahkan sebelum gue jadi Goonerette, gue lebih dulu ngefans sama MU, but... For me, it will be better for him to be sent out to Barcelona, or even Madrid. Or AC Milan kek gitu, buat jatah pemain tuanya. Pokoknya apapun, asal jangan duo Manchester. Karena sebenernya, tanpa Persie-pun mereka udah kepalang kuat.

Tes medisnya di MU gagal, karena banyak cedera sana-sini akibat cedera pas main full squad season kemaren. Tapi dia bakal bertanding secara perdana melawan Everton (with his new team, of course) Senin nanti. Gue bakal tetap dukung dia sebagai ex-captain, tapi gue akan menjaga kesetiaan gue untuk mendukung Arsenal. Karena disini, gue menyayangkan kepindahan dia bukan karena takut kalah, tapi lebih karena kecewa akan hilangnya loyalitas seseorang untuk sebuah klub semata-mata hanya demi uang dan gelar.

Arsenal masih punya harapan. Wenger udah mengambil ancang-ancang besar dengan merekrut Santi Cazorla (midfielder Spanyol), Lukas Podolski (forward Jerman), serta Oliver Giroud sebagai striker dari Perancis. I want to believe that there is a hope.

Jadi, duet Batman - Robin, siapa takut?