Selamat Ulang Tahun Ke 68, Indonesia

Saturday, August 17, 2013

Halo, Indonesia. Apa kabar? Masih butek? Saya senang lho bisa berjumpa lagi dengan ulang tahun kamu. Gimana? Seneng gak didoain berjuta-juta orang supaya maju? Supaya tambah keren gitu? Hehe. Semoga suatu saat, saya bisa mengangkat nama kamu ya. Semoga.


Dalam sebuah sesi latihan karate saat saya masih SD, salah satu senpai saya kala itu berkata: "Dari jaman saya diperut, belum lahir, sampai istri saya ngelahirin lagi, Indonesia masih aja disebut 'negara berkembang'... Gak maju-maju." Saya ingat persis keluhannya saat itu. Karena diwaktu yang bersamaan, perut saya sedang kesakitan lantaran habis ditendang senpai lain akibat lemah konsentrasi.

Sambil terus memegangi perut, saya pun berkonsentrasi dengan pikiran bahwa jangan-jangan 'berkembang' itu hanya sekedar kiasan belaka. Pada mata pelajaran Biologi, kita tentu tahu semua yang 'berkembang' pada akhirnya akan menjadi suatu 'individu utuh' atau 'individu sempurna'. Karena dalam prosesnya, kita akan senantiasa melewati berbagai tahap dan pada akhirnya secara psikologis telah mampu melakukan hal-hal kualitatif dalam lingkungan.
Kenapa disebut negara berkembang? 
1. Sebagian besar penduduk bekerja di sektor pertanian.
2. Industrinya biasanya berlatarbelakang agraris, terutama memanfaatkan hasil kehutanan, pertanian, dan perikanan (industri 3. sektor pertama dan sektor kedua).
4. Tenaga pertanian masih mengandalkan tenaga kerja manusia.
5. Luas lahan garapan relatif sempit dengan teknologi yang sederhana sehingga hasilnya tidak maksimal.
5. Pendapatan per kapita rendah.
7. Angka kelahiran dan kematian masih tinggi.
8. Tingginya angka pengangguran karena besarnya jumlah penduduk dan terbatasnya lapangan pekerjaan.
9. Pendidikan formal tersebar secara tidak merata dengan kualitas yang buruk.
10. Kelebihan jumlah penduduk yang menyebabkan tidak terjangkau atau tidak meratanya pelayanan sosial.
11. Kedudukan dan peran wanita sangat terbatas dan cenderung dipandang sebagai kelas dua.

Nyatanya, banyak negara memprotes adanya statement 'developing country' hanya berdasarkan inferioritas. Menurut saya pribadi, 'negara berkembang' bukanlah panggilan yang menyakitkan. Di Benua Amerika sendiri, terdapat 30+ states yang masih mendapat julukan tersebut. Di Benua Asia lebih banyak, sekitar 40 negara lebih. Benua Afrika lebih naas lagi, karena tidak ada satupun negara mereka yang termasuk dalam golongan negara maju. Beberapa negara bagiannya bahkan masuk dalam list negara-negara tertinggal di dunia. Lantas, apakah julukan 'berkembang' adalah suatu hal yang buruk? Tentu tidak. Saya lebih suka menyebutnya sebagai proses. In process, anything could happen. It can be worse, it can be better. It depends on how you think and organize.

Saya rasa, Indonesia punya potensi yang SANGAT BESAR untuk menjadi negara maju. (sebagai wujud keseriusan, saya bahkan telah menggunakan caps lock, bold, italic, dan underline sebagai penekanan LOL).

YANG DIBUTUHKAN :
1. Kejujuran dan kredibilitas para pemimpin negara
2. Niat, kemauan, serta keseriusan
3. Memperbaiki bidang pendidikan dan pola pikir
4. Berhenti mencampurkan unsur AGAMA dengan POLITIK
5. Rencana yang MATANG, dan EFEKTIF
6. Biaya yang memadai

PEMBAHASAN:
1. Kenapa saya taruh kejujuran dan kredibilitas sebagai point pertama, instead of 'niat'? Well, jawabannya simpel saja. Di Indonesia, konon kejujuran dan kredibilitas seorang pemimpin mahal harganya. Tapi kita tidak butuh kejujuran yang mahal, kita butuh kejujuran yang tidak bisa dibeli oleh uang. No wonder banyak pemimpin negara yang korupsi. Logikanya, semahal apapun sesuatu, jika bisa dihitung dengan harga, pasti akan ada yang 'beli' :) anyone got my point here? Hehe. Yang seperti inilah yang harus dibenahi dari awal. Pemimpin adalah leader suatu bangsa. Apapun yang dilakukan oleh sang penguasa akan senantiasa dicontoh oleh jutaan orang yang dibawahinya. Sebagai refleksi, apapun yang diusahakan seluruh warga negara untuk Indonesia yang lebih baik tidak akan dapat terwujud jika para pemimpin tidak mau membudidayakan 'HIDUP SEHAT TANPA KORUPSI, SOGOK, PENCUCIAN UANG, DAN SEGALA BENTUK UANG HARAM.'

2. Tanpa harus dibahas lagi, sepertinya segala sesuatu tanpa dibarengi dengan niat dan keseriusan tidak akan berjalan dengan baik. :)

3. PENDIDIKAN adalah aset terpenting suatu bangsa, menurut saya. Pendidikan yang saya maksud disini bukanlah sekedar pendidikan teori, dengan hasil sebuah nilai di atas kertas, dan selembar pengakuan bernama ijazah. Kurikulum pendidikan SANGAT HARUS dibenahi lagi. Pemerataan subsidi pendidikan di daerah-daerah masih semrawut. Banyak anak SD/SMP/SMA sederajat harus menerjang badai (literally) hanya untuk mengenyam pendidikan formal. Sementara para pejabat yang memakan uang mereka duduk santai di kursi malas mereka. Miriskah anda melihat ini?





Pendidikan masih harus dibenahi lagi. Terutama dalam bidang memacu niat siswa dalam belajar, dan membagi porsi dengan aktivitas sehari-hari mereka. Misalnya ada seorang anak yang lemah di pelajaran eksak, tapi jempolan dalam bidang olahraga, apakah sekolah mampu memberikan jalan keluar terbaik bagi sang siswa? Nyatanya, selama ini saya lihat TIDAK. Mereka tidak mendapatkan kompensasi apapun. Kalau tidak terancam drop out, ya tidak naik kelas. Oh indahnya. Lihat bagaimana anak-anak di berbagai negara maju dididik sedemikian rupa sehingga mereka bisa menjadi pribadi yang lebih BERBOBOT. Ini adalah artikel yang saya temukan di Kompasiana. Dan saya rasa bisa menjadi bahan pertimbangan yang baik.
Ketika anak-anak disuruh menghormati kain: 
Seorang dosen ITB pernah heran ketika menyaksikan seorang supir bus di Amerika Serikat mengantarkan anak sekolah dengan begitu baiknya.
Dosen itu lalu bertanya, “Kenapa Anda mengantarkan mereka dengan baik, mereka kan masih anak-anak?”
Sang supir menjawab dengan menakjubkan, “Hey man, siapa menyangka salah satu dari yang saya antar tadi adalah calon presiden nantinya.”
*****
Dalam tulisannya, Arief Setiawan menceritakan bahwa seorang guru di Australia berkata, “Kami tidak terlalu khawatir jika anak-anak sekolah dasar kami tidak pandai Matematika. Kami jauh lebih khawatir jika mereka tidak pandai mengantri.”
Alasan guru itu luar biasa: karena kita hanya perlu melatih anak selama tiga bulan saja secara intensif untuk bisa Matematika, sementara kita perlu melatih anak hingga 12 tahun atau lebih untuk bisa mengantri dan selalu ingat pelajaran berharga di balik proses mengantri.
Anak belajar manajemen waktu jika ingin mengantri paling depan datang lebih awal dan persiapan lebih awal.
Anak belajar bersabar menunggu gilirannya tiba terutama jika ia di antrian paling belakang.
Anak belajar menghormati hak orang lain, yang datang lebih awal dapat giliran lebih awal dan tidak saling serobot merasa diri penting..
Anak belajar berdisiplin dan tidak menyerobot hak orang lain.
Anak belajar kreatif untuk memikirkan kegiatan apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi kebosanan saat mengantri. (di Jepang biasanya orang akan membaca buku saat mengantri)
Anak bisa belajar bersosialisasi menyapa dan mengobrol dengan orang lain di antrian.
Anak belajar tabah dan sabar menjalani proses dalam mencapai tujuannya.
Anak belajar hukum sebab akibat, bahwa jika datang terlambat harus menerima konsekuensinya di antrian belakang.
Anak belajar disiplin, teratur dan kerapihan.
Anak belajar memiliki RASA MALU, jika ia menyerobot antrian dan hak orang lain.
Anak belajar bekerjasama dengan orang2 yang ada di dekatnya jika sementara mengantri ia harus keluar antrian sebentar untuk ke kamar kecil.
Anak belajar jujur pada diri sendiri dan pada orang lain.
*****
Apa hubungan dua cerita di atas dengan judul di atas? Hehehe….iyayah, apa hubungannya? Hehe..
Saya cuma ingin berkata: bagi saya, orang Islam yang berakal, menghormati kain itu adalah sesuatu yang tidak masuk akal. Jadi jangan ajar anak-anak kita menghormati bendera, tapi ajarilah mereka menghormati pahlawan!
Dalam pada itu, menghormati bendera adalah kebodohan yang nyata. Jadi, jangan ajari anak-anak kita dengan kebodohan.
Ilmu itu bisa diajarkan dan dipelajari. Tapi manner dan behavior seseorang BEDA lagi. Coba lihat orang-orang pemerintahan kita. Jangan salah, mereka bukan orang-orang sembarangan. Rata-rata merupakan lulusan PTN terbaik, sebagiannya lagi bahkan lulusan universitas luar bergengsi. Orang-orang pilihan yang cerdas, bukan? Tapi yang terjadi saat ini, adalah maraknya kasus korupsi dan skandal-skandal seks tidak penting.


Apa yang kurang? Kita tidak mendapatkan didikan kepribadian dan didikan menjalani hidup di sekolah! Kita tidak diajarkan caranya berbicara santun, berpendapat dengan baik, dan pendidikan moral yang memadai. Selama nilai di atas kertas dirasa cukup untuk mengakreditasikan 'isi otak' kita, sekolah bungkam. Padahal nilai di atas kertas samasekali bukan jaminan. Inilah kenapa di Indonesia marak sekali kekerasan antar pelajar. Bullying, tawuran, sampai ada yang terluka bahkan tewas.


Hey guys and girls, is hurting anyone make you happy? What a big jerk you are. You think you're cool and all by suppressing your junior and such? WELL, I don't know about you, but please, make it stop. Disaat orang lain dapat medali emas OSN, disaat orang lain menang kontes nyanyi di Mesir, disaat orang lain jadi juara internasional bulu tangkis, dan lo masih merasa jagoan karena adek kelas lo takut sama lo? For fuck's sake, grow up. Dan please punya urat malu sedikit.



4. Be a free thinker. You can be wrong and right at the same time. Yang membuat Indonesia susah bergerak adalah kenyataan bahwa susahnya rakyat Indonesia terdorong buat berubah. Berubah dalam berbagai hal. Terutama dalam urusan MENCAPURKAN urusan agama dengan politik.



Bagaimanapun, kedua unsur itu tidak akan bisa bersatu. Masih ngeyel lagi? Riweuh banget sih kalo dibilangin? Terserah mau ngecap saya sekuler, atheis, agnostik, sekuler, terserah. Lihat aja betapa enegnya Ahok sama orang-orang yang suka mencampuri urusan agama dan politik disini. Sama halnya dengan Ahok, saya gak keberatan dicap kafir asal saya dapat meluangkan apa yang menurut saya  benar. Islam memang mayoritas agama di Indonesia. Namun itu bukan berarti Islam yang punya Indonesia. Kita punya banyak ras disini, hargailah. Kalau kalian mengaku umat beragama, jalani saja masing-masing dengan tentram. Tanpa harus adanya kekerasan macam FPI (yang harusnya dibubarkan dari jaman Fir'aun masih madrasah) Indonesia tentu bisa maju. Pemboman dengan dalih jihad? What the fuck. You can just explode your body and the entire building to get rid of 'Kafir' people. That's just so damn stupid. Lo bunuh semua orang 'kafir' di gedung itu dengan alasan jihad? Bego. Masih banyak orang kafir lainnya di luar sana. Bahkan dari agama lo juga banyak. So stop being ridiculous dengan mempermalukan keluarga, negara, dan agama lo sendiri.

5. Banyak rencana-rencana pembangunan di Indonesia yang gak jalan karena mandek di duit. Kebanyakan korup dan gak transparan, sih. Indonesia punya peluang yang besar buat jadi negara ideal. Cuma ya gitu, korupsi itu awal dan akhir. Dari kehancuran.

6. Udah. Biaya saya taro di akhir. Soalnya tanpa biaya semuanya gak akan bisa jalan.

*****

Tulisan ini saya buat tanpa maksud menyinggung pihak manapun. Bilamana ada data yang terasa kurang/tidak pantas untuk ditampilkan, harap contact saya agar tidak menjadi info yang menyesatkan. Maaf juga bila saya terkesan rude/harsh, well, after all... I don't care. It's a goddamn internet. You take it, or you leave it.

That's all. Sebagai penutup, saya hanya mau berkata: I don't want you to think like me, I just want you to THINK.

You Might Also Like

0 comments

SUBSCRIBE

Like us on Facebook